
Suarafajar, Kukar – Demi memberikan pemahaman kepada seluruh masyarakat akan bahayanya ilegal fishing, masyarakat Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, mendirikan sebuah “Museum Nelayan”.
Museum ini menghadirkan beragam alat tangkap nelayan tradisional yang lebih ramah lingkungan, serta alat tangkap ikan yang kerap digunakan nelayan Desa Pela secara turun-temurun.
Tidak ketinggalan pula informasi tentang ikon Sungai Mahakam, yakni Pesut, serta jenis ikan-ikan yang hidup di sungai kawasan Desa Pela dan Danau Semayang. Bahkan wisatawan juga bisa mendapatkan informasi tentang alat tangkap nelayan yang dilarang dan tidak ramah lingkungan.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Pela, Alimin mengatakan, saat ini museum nelayan sudah menerapkan digitalisasi dengan code QR atau Barcode, di mana metode pembayarannya juga sudah menggunakan QRIS untuk memudahkan wisatawan berkunjung.
“Apabila ada wisatawan yang ingin mengetahui informasi terkait item-item yang ada di museum, mereka bisa juga mengetahui lebih detail melalui QR atau Barcode. Di situ semua sudah ada penjelasannya,” imbuh Alimin, Senin (12/2).
Menurut Alimin, rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Museum Nelayan Desa Pela sangat sendang lantaran mereka bisa mendapatkan edukasi yang baik tentang cara menangkap ikan yang benar dan tidak merusak lingkungan.
“Selain untuk mengingatkan sesama, museum ini juga bisa menjadi bagian dari edukasi bagi wisatawan yang memang belum tau sama sekali,” pungkasnya.
(ADV/DisparKukar/ADE/AZR)