Caption Foto : Menteri Koperasi (Menkop) RI, Budi Arie Setiadi, saat membuka Rakernas X PKK 2025 di Convention Center Samarinda / Istimewa
Suarafajar, Samarinda – Koperasi tidak lagi sekadar menjadi instrumen ekonomi rakyat. Di tangan perempuan desa, terutama kader PKK, koperasi mulai menjelma sebagai motor penggerak kesejahteraan komunitas dan keluarga. Hal ini ditegaskan Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie Setiadi, saat membuka Rakernas X PKK 2025 di Convention Center Samarinda.
Dalam pidatonya, Budi menekankan bahwa koperasi merupakan pengejawantahan nyata dari ideologi ekonomi Pancasila. Namun ia menggarisbawahi, capaian koperasi di Indonesia saat ini masih jauh dari potensi maksimal.
“Jumlah koperasi kita sudah lebih dari 131 ribu unit dengan hampir 30 juta anggota. Tapi nilai asetnya baru Rp 298 triliun, ini masih belum mencerminkan spirit Pasal 33 UUD 1945,” tegas Budi, Selasa (8/7).
Yang menarik, kata Budi, hampir separuh anggota koperasi di Indonesia adalah perempuan, dan 38 persen karyawan koperasi juga perempuan. Namun partisipasi perempuan dalam posisi kepemimpinan masih minim, dimana hanya 20 persen di level atas dan 22 persen di manajerial menengah.
Budi mengajak anggota PKK di seluruh Indonesia untuk ambil bagian dalam pengembangan program Koperasi Desa (Kopdes) Kelurahan Merah Putih, sebuah inisiatif nasional yang digagas Presiden RI, Prabowo Subianto demi memperkuat ekonomi desa berbasis koperasi.
“Gerakan ini harus jadi milik ibu-ibu. Saya yakin perempuan punya kekuatan dalam membangun ekonomi dari bawah,” sebut Budi, seraya mencontohkan kiprah koperasi perempuan di Jawa Timur dan NTT yang terus berkembang.
Bagi Budi, pengembangan koperasi di desa tidak bisa lepas dari prinsip-prinsip kolektif khas masyarakat Indonesia: musyawarah, gotong royong, keterbukaan, dan tanggung jawab. Di sinilah peran kader PKK menjadi sangat krusial.
Mereka diharapkan aktif membentuk Unit Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K), sekaligus mendorong tata kelola koperasi yang profesional dan akuntabel. Koperasi keluarga, menurutnya, dapat menjadi pilar baru ketahanan ekonomi rumah tangga jika dibangun dengan semangat kolektif dan nilai-nilai kebangsaan.
“Ini bukan sekadar ekonomi. Ini warisan sejarah dari para pendiri bangsa. Sudah waktunya perempuan mengambil posisi utama dalam gerakan koperasi Indonesia,” tutup Budi.
Penulis : Ara
